Jumat, Mei 23, 2008

Politikus Busuk...ke laut aje

Sudah 10 tahun Indonesia hidup dalam sebuah alam yang katanya dinamakan Reformasi. Perubahan yang besar terjadi setelah turunnya pak Harto dari kekuasaannya sebagai Presiden. Jalan yang ditempuh Indonesia makin berliku. Harapan muncul ketika teriakan reformasi dikumandangkan hampir di seluruh pelosok nusantara. Reformasi menjadi dambaan masyarakat Indonesia untuk dapat membawa masyarakat Indonesia pada taraf hidup yang lebih baik dan segera dapat mewujudkan cita-cita pembangunan nasional yaitu menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Hari berganti hari, minggu menjadi bulan dan akhirnya tahun berlanjut. Pembangunan yang diharapkan ternyata tidak semudah itu. Dengan munculnya reformasi maka semakin terbuka luas kesempatan berpolitik. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak partai politik yang mengikuti Pemilu di Indonesia. Ini pertanda baik karena saluran berpolitik masyarakat semakin banyak.

Sisi baik dari banyaknya partai politik ternyata juga membawa implikasi negatif karena masyarakat semakin bingung memilih saluran aspirasinya. Banyak orang mendirikan partai politik namun akhirnya mereka hanya memikirkan cara bagaimana bisa memenangkan Pemilu dan mendapatkan kursi yang mendominasi parlemen.

Hal ini diperparah dengan tidak berjalannya kaderisasi wakil partai yang duduk di parlemen. Partai-partai tersebut terkesan sembarangan dalam menaruh wakilnya di parlemen sehingga ketika sistem perwakilan rakyat yang semestinya berjalan akhirnya kacau karena mereka yang duduk di parlemen tidak sesuai dengan bidangnya.

Mereka yang duduk di parlemen banyak yang hanya menjadi penghias gedung. Banyak dari mereka yang hanya datang ketika ada rapat paripurna. Bahkan ada pula yang tidak pernah menampakkan batang hidungnya ketika ada rapat-rapat yang membahas kesejahteraan rakyat, nasib rakyat yang memilihnya sehingga beliau duduk menjadi anggota parlemen.

Sungguh ironis ketika KPK menangkap beberapa anggota parlemen yang diindikasikan menerima gratifikasi dari beberapa proyek di beberapa daerah. Hal yang semestinya tidak boleh dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai wakil rakyat. Mereka hanya mementingkan diri sendiri dengan memanfaatkan kedudukan mereka sebagai anggota parlemen dengan menerima 'hadiah' yang tidak semestinya.

Sudah saatnya rakyat Indonesia kembali disadarkan untuk tidak terjebak dengan janji-janji manis dari politikus busuk yang hanya menambah kesengsaraan rakyat Indonesia. Sebagai politisi sudah seharusnya mereka dapat menjunjung martabat dan kewibawaan mereka dengan jalan berpolitik dengan santun dan tidak menyakiti hati rakyatnya.

Berpolitik dengan santun salah satunya adalah dengan tidak mengobral janji. Janji adalah hutang, dan jika kita berhutang maka kita wajib membayarnya. Bermain di dunia politik bukan berarti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Banyak rambu dan norma yang harus ditaati.


MALU...malu jadi benalu
Yang bisanya cuma minta melulu
[Deddy Mizwar, Mei 2008]

Rabu, Mei 21, 2008

Bandeng tanpa duri

Ikan Bandeng bisa jadi merupakan salah satu ikan favorit bagi kebanyakan orang selain Kakap, Gurame atau yang lainnya. Banyak orang yang suka makan ikan Bandeng, tapi banyak juga yang tidak suka.

Kebanyakan mereka yang tidak suka mengeluhkan banyaknya duri yang bertebaran pada daging ikan Bandeng yang mengganggu kenikmatan dalam menyantap ikan tersebut.

Banyak cara dilakukan oleh masyarakat penggemar Bandeng agar bisa menikmati ikan Bandeng tanpa harus terganggu dengan duri dan tulang ikan. Ada yang menggunakan panci tekan [pressure cooker] dan ada juga yang mengolahnya menjadi otak-otak Bandeng [dikenal di Sidoarjo dan Gresik-Jawa Timur].
Metode memasak keduanya memang akan mempermudah penikmat Bandeng dalam menikmati ikan tersebut. Akan tetapi, ada sesuatu yang 'hilang' ketika daging Bandeng tadi mengalami proses pemasakan dengan panci tekan dan diolah menjadi otak-otak. Tekstur daging Bandeng menjadi tidak terasa alami. Padahal ini merupakan salah satu nilai plus daging ikan Bandeng.

Sejak sekitar empat tahun yang lalu telah ada pengolahan daging ikan Bandeng agar bisa dinikmati tanpa gangguan duri dan tulang ikannya. Di Sidoarjo dikenal dengan Bandeng tanpa Duri. Banyak orang yang penasaran dengan proses pengolahan Bandeng ini, karena tidak merusak bentuk dan bukan merupakan filet ikan.

Di Depot Bandeng pak Elan Gresik [depan pabrik PT. Semen Gresik] menjual Bandeng tanpa Duri ini yang sudah diolah [dibakar maupun digoreng].

Di Sidoarjo, Bandeng tanpa Duri dijual dengan harga antara 20ribu sampai dengan 25ribu Rupiah per kilonya. Sayangnya untuk menikmati Bandeng tanpa Duri ini kita harus melalui pemesanan terlebih dahulu, minimal satu hari sebelumnya.

Makan ikan Bandeng? Siapa takut...

In Memoriam

Bulan Mei 2008 bisa jadi merupakan bulan berkabung nasional. Secara berurutan tokoh-tokoh nasional meninggal dunia.

Sophan Sophiaan, seorang aktor dan sutradara legendaris yang juga aktif dalam kancah politik meninggal dunia ketika memimpin misi mulia dalam rangka mengobarkan semangat nasionalisme bangsa. Beliau meninggal dalam kecelakaan kendaraan bermotor dalam rombongan motor besar Jalur Merah Putih.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang teguh dalam pendirian, jujur, dan lurus dalam pandangan politiknya. Beliau memilih berhenti menjadi anggota MPR ketika merasa aspirasinya sudah tidak lagi dihargai oleh partainya dan rekan-rekan lainnya di parlemen.
Ketegasan dan keteguhan hati yang patut menjadi teladan bagi generasi muda untuk ikut membangun bangsa agar tercipta pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Ali Sadikin, lebih dikenal sebagai mantan Gubernur DKI di tahun 70-an meninggal dunia di Singapura akibat penyakit ginjal yang dideritanya. Semasa hidup almarhum dikenal sebagai tokoh yang tegas dan berwibawa. Purnawirawan korps Marinir ini masih selalu membawa semangat komando korps-nya dimanapun beliau mengabdi.
Dikenal pula sebagai pendiri Petisi 50 yang dinilai vokal dalam mengkritisi pemerintah sejak jaman pemerintahan Presiden Soeharto sampai saat ini, sehingga beliau dikenal sebagai oposan sejati hingga akhir hayat.

Ibu SK. Trimurti, dikenal sebagai pejuang wanita yang andilnya sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau meninggal karena sakit dan juga karena usia lanjut beliau. Dikenal sebagai macan wanita pejuang pada masanya.

Semoga semangat para pendahulu kita mengilhami kita untuk terus maju mengisi kemerdekaan bangsa dan jijik dengan kemunafikan dan korupsi.

Buat apa berlagak religius, tapi nyatanya rakus [baca : korup]....
[ini khusus buat TRIUMVIRAT yang berlagak perlente dibalik tumpukan buku]

Bangkit Bangsaku...!!

20 Mei 2008, tepat 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia diperingati. Peringatan yang merupakan tonggak awal kebangkitan bangsa Indonesia untuk melawan penjajahan kolonial Belanda yang didahului dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Di tahun ini peringatan itu dilakukan dengan gegap gempita. Secara nasional peringatannya dipusatkan di Istora Bung Karno Senayan dengan megahnya diiringi dengan penampilan kesenian-kesenian daerah, marching band dan penyanyi ibukota yang menyanyikan lagu-lagu yang menggugah semangat kebangsaan.

Sepanjang peringatan Kebangkitan Nasional ini diperingati setiap tahunnya keadaan bangsa ini masih saja tetap memprihatinkan. Sejak merdeka sepertinya cita-cita negara yang adil dan makmur masih jauh dalam jangkauan.

Masih panjang rasanya perjuangan kita untuk mencapai cita-cita suci pendiri bangsa. Masih harus banyak lagi tetesan keringat yang harus dibaktikan untuk senyuman ibu pertiwi.

Bangsa ini belum bangkit benar. Tapi kita harus tetap yakin untuk bisa bangkit. Kita tidak mau jadi bangsa pecundang. Jangan mau jadi bangsa kelas teri.

Tetap kobarkan semangat dalam dada, demi majunya Indonesia kita

INDONESIA...Bisa!!

Senin, Mei 19, 2008

Wajah kota menjelang Pilkada

Pilkada merupakan agenda yang tidak bisa terelakkan lagi. Pesta demokrasi daerah untuk memilih kepala daerah saat ini memang sedang marak dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten.

Waktu menjelang Pilkada merupakan waktu yang sangat penting bagi calon pemimpin daerah yang dimanfaatkan oleh mereka untuk berkampanye. Memikat hati rakyat untuk memilih mereka dalam Pilkada nantinya dengan mengumbar janji-janji manis.

Salah satu alat kampanye yang sering digunakan oleh pasangan calon dalam berkampanye adalah spanduk, stiker, pamflet, baliho dan beraneka macam poster tempel yang dilekatkan di tembok-tembok sampai di pelosok daerah.

Wajah kota yang tadinya sudah kurang indah akan semakin semrawut dengan kehadiran baliho, spanduk dan alat kampanye lainnya. Para kandidat seolah-olah berlomba menutupi wajah kota dengan alat kampanye mereka, bahkan mungkin kalau bisa seluruh kota akan ditutupi oleh atribut kampanye mereka tanpa mengindahkan kenyamanan dan estetika yang sangat mengganggu pemandangan kota.

Sangat disayangkan ternyata hal ini telah dilakukan jauh sebelum waktu kampanye yang ditetapkan oleh KPUD setempat. Mereka seolah-olah saling berlomba untuk 'mencuri start'. Kalau masyarakat lebih dewasa dalam mencermati hal ini maka sebenarnya bukan rasa simpatik yang akan diperoleh oleh pasangan-pasangan calon tersebut.

Dapat dibayangkan kalau satu pasangan calon memiliki anggaran kampanye sampai lebih dari 100 miliar maka tidak mustahil kalau satu wilayah akan 'diselimuti' oleh spanduk-spanduk kampanye. Kalau mereka sudah mengeluarkan biaya yang sebesar itu hanya pada saat kampanye maka dapat dibayangkan pasti mereka akan mencari 'gantinya' ketika mereka terpilih dan menjabat sebagai kepala daerah. Kalau sudah begini kapan korupsi bisa dibersihkan dari bumi Indonesia.

Kapan ye...

Rabu, Mei 14, 2008

BBM [Bukan Barang Murah]

Pada awal bulan Juni nanti pemerintah berencana menaikkan harga jual Bahan Bakar Minyak [BBM] sekitar 20% dari harga sebelumnya. Hal ini terpaksa dilakukan karena untuk menyelamatkan APBN agar tidak terjadi inflasi akibat naiknya harga minyak dunia melebihi perkiraan harga yang ditetapkan pada APBN sebelumnya.

Kontan saja rencana pemerintah tersebut menuai reaksi beragam dari masyarakat. Secara spontan harga-harga langsung melonjak mendahului pengumuman pemerintah dalam menaikkan harga BBM. Masyarakat bereaksi terlalu cepat meskipun belum ada realisasi kenaikan BBM tersebut.

Reaksi masyarakat memang kebanyakan adalah menentang atau dalam hal ini merasa keberatan jika pemerintah harus menaikkan harga BBM. Masyarakat merasa bahwa beban hidup yang ditanggung mereka saat ini sudah sangat berat. Jika harus masih ditambah dengan kenaikan harga BBM yang akan membawa dampak naiknya harga-harga kebutuhan hidup lainnya maka yang akan merasakan kesengsaraan hidup adalah masyarakat terutama mereka yang berada di garis tengah dan bawah kemiskinan.

Diperkirakan bahwa angka kemiskinan di Indonesia akan meningkat jika pemerintah jadi menaikkan harga BBM. Pemerintah berusaha meredam ketidak setujuan masyarakat dengan menjanjikan pemberian BLT [Bantuan Langsung Tunai] yang akan diterima oleh masyarakat sebesar seratus ribu rupiah per bulan untuk setiap kepala keluarga. Akan tetapi hal ini tetap memperlihatkan 'kejanggalan' karena pemerintah tidak melakukan lagi pendataan masyarakat yang layak mendapatkan BLT, akan tetapi pemerintah hanya mengacu pada data yang ada tahun 2005 yang tentu jauh berbeda akibat rentang waktu 3 tahun yang sudah berlalu.

Banyak ahli ekonomi yang mendukung kebijakan pemerintah ini, namun banyak pula yang menyayangkan tindakan pemerintah tersebut. Seorang anggota DPR-RI dari Komisi XI bapak Drajad Wibowo mengungkapkan dalam wawancara yang dilakukan di TV One bahwa sebenarnya pemerintah bisa saja tidak menaikkan harga BBM dengan jalan memperbaiki proses produksi dan distribusi BBM yang selama ini dilakukan oleh Pertamina.

Selama ini proses produksi BBM oleh Pertamina dinilai tidak efektif dan efisien sehingga mengakibatkan tingginya biaya produksi yang juga berakibat pada tingginya harga jual BBM. Pertamina terlalu banyak melibatkan 'rekanan' dalam memproduksi BBM yang semestinya dapat 'dipersingkat' sehingga ongkos yang dikeluarkan akan lebih murah. Dalam hal ini diperlukan ketegasan pemerintah untuk bisa 'membenahi' Pertamina.
Upaya ini mungkin akan sulit diwujudkan karena banyaknya 'kepentingan' dan banyaknya pihak yang sudah mendapatkan 'keuntungan' dari kinerja Pertamina yang boros selama ini. Dari beberapa biaya produksi yang semestinya tidak perlu dikeluarkan atau bisa dipangkas maka Pertamina bisa melakukan penghematan dan akan membawa manfaat sehingga pemerintah tidak harus melakukan tindakan menaikkan harga BBM yang jelas-jelas sangat tidak berpihak pada rakyat miskin.

Semoga pemerintah lebih berani lagi...

Kamis, Mei 08, 2008

Nge-K!CK bareng bang Andy

Andy F. Noya dikenal sebagai Pemimpin Redaksi Metro TV. Sebuah stasiun televisi swasta terkenal di Indonesia. Di sela kesibukannya sebagai Pemimpin Redaksi ia juga menjadi host dalam sebuah acara yang diberi nama K!ck Andy.

Pertama kali melihat acara ini mungkin tidak akan melihat apa yang istimewa di dalamnya. Kesan pertama hanyalah merupakan acara talk show yang menampilkan kisah-kisah seperti acara-acara talk show lainnya yang ditampilkan di stasiun televisi lain.

Namun sejatinya, muatan yang ada dalam acara bang Andy ini sungguh jauh berbeda dibandingkan dengan lainnya. Acara ini ditujukan untuk memberikan motivasi. Acara ini juga berbagi cerita tentang kesuksesan, bangkit dari keterpurukan dan kisah-kisah lain yang sangat layak dan pantas untuk dibagi dengan pemirsa.

Bang Andy bersama tim kreatifnya mampu menghadirkan orang-orang yang memang memiliki pengalaman hidup beragam dan kisah hidup umat manusia dalam menempuh hidup dan banyak cerita teladan di dalamnya.

Acara K!ck Andy mulai banyak diminati dan ditandai dengan naiknya rating siaran ketika bang Andy mengangkat cerita tentang Laskar Pelangi. Sebuah novel yang dikarang oleh Andrea Hirata yang menceritakan tentang kisah hidup Andrea Hirata di pulau Belitung sejak kecil bersekolah dengan susah payah hingga akhirnya sampai mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan saat ini menjadi pegawai di PT. Telkom.

Novel Laskar Pelangi merupakan dedikasi Andrea Hirata kepada ibu gurunya di SD yang bernama ibu Muslimah yang banyak berkorban demi mendidik muridnya dengan segala keterbatasan fasilitas dan ketiadaan sarana yang tidak membuat ibu guru Muslimah berpatah arang.

Selanjutnya acara K!ck Andy yang disiarkan setiap Kamis pukul 22.30 WIB, Jum'at 22.00 WIB yang merupakan ulangan episode lama, dan hari Minggu pukul 15.00 WIB yang merupakan ulangan episode hari Kamis.

Acara yang sangat pantas untuk mendapat apresiasi ditengah keterpurukan masayarakat di tengah hantaman dan deraan hidup yang diharapkan dapat meningkatkan semangat hidup, mengobarkan motivasi masyarakat untuk tidak menyerah pada nasib dan selalu memiliki keinginan untuk maju untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.

Kalau ingin kenal lebih jauh dengan bang Andy dan acaranya bisa mampir ke website http://www.kickandy.com/

The [next] President

Sebagai sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan Presidentil, maka Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden dalam memimpin pemerintahan sekaligus sebagai kepala negara.

Sebagaimana umumnya negara yang menganut sistem pemerintahan tersebut maka Presiden akan dipilih setiap satu periode tertentu, akan tetapi lazimnya Presiden dan wakilnya akan dipilih setiap 5 tahun yang merupakan satu periode normal agar presiden dapat bekerja maksimal dalam satu periode kepemimpinannya.

Sejak merdeka Indonesia telah dipimpin oleh 6 orang presiden yang masing-masing memiliki 'cerita menarik' dalam masa kepemimpinannya. Masing-masing presiden 'berkuasa' dan 'jatuh' dengan berbagai 'cara'.

Menurut ramalan Jayabaya, nanti sampai akhir jaman yang memimpin Indonesia adalah mereka yang memiliki nama akhir NO-TO-NE-GO-RO. Dari ramalan tadi Indonesia masih 'baru' sampai pada NO dan TO karena presiden pertama Indonesia adalah bapak Ir. Soekarno dan presiden kedua adalah bapak Soeharto. Sedangkan presiden-presiden pengganti selanjutnya tidak ada yang memiliki akhiran lanjutan seperti apa yang diramalkan oleh Jayabaya tadi.

Jika dilihat dari kenyataan tersebut maka Indonesia memang masih berada dalam tahapan NOTO yang dalam bahasa Indonesia berarti menata untuk selanjutnya setelah ditata maka akan menjadi sebuah negara seutuhnya.

Setiap menjelang pergantian presiden di Indonesia pasti akan berkembang analisa-analisa yang dikemukakan oleh ahli-ahli politik pemerintahan sampai dengan analisa-analisa kaum pinggiran mengenai siapa yang menjadi presiden selanjutnya.

Ada istilah 'Satrio Piningit' yang digambarkan merupakan seorang tokoh yang nantinya tiba-tiba muncul menjadi pemimpin bangsa dan akan membawa bangsa ini ke arah kemakmuran. Satrio Piningit ini bukan orang yang disangka-sangka akan bisa menjadi presiden, tapi ketika ia menjadi presiden maka ia akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik.

Analisa mengenai Satrio Piningit mulai muncul menjelang akhir kepemimpinan Presiden Soeharto ketika masyarakat mulai bertanya-tanya siapa Satrio Piningit yang akan menggantikan pak Harto. Ketika pak Harto digantikan oleh pak Habibie banyak orang kembali bertanya, "Apa betul pak Habibie yang jadi Satrio Piningit?".
Satrio Piningit akan [masih] menjadi misteri.

Dalam sebuah bukunya, Emha Ainun Nadjib menyatakan bahwa yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia untuk membawa dalam kemakmuran adalah bukan Satrio Piningit tapi Satrio Pinilih. Sosok yang akan memimpin Indonesia nantinya adalah orang memang bebar-benar 'pinilih' atau sosok pilihan. Tentu pilihan yang terbaik.

Semoga Indonesia tetap Jaya...

Selasa, Mei 06, 2008

Tips ketika [harus] ditilang Polisi

Disarikan dari diskusi beberapa milis...


Priiiit.....!!!! waduh....kenapa ya? Salah apa saya sampai disemprit Polisi. Hal ini mungkin akan menjadi pengalaman bagi kita jika suatu ketika di jalan kita diberhentikan Polisi karena suatu pelanggaran lalu lintas.

Jangan takut dan terus kabur karena di-stop Polisi. Berhenti dan tetap tenang menghadapinya. Pasti akan ada percakapan awal ketika kita berhadapan dengan Polisi. Mereka akan mencoba menjelaskan dan menerangkan pelanggaran yang kita lakukan. Dari situ kita bisa berpikir, apa yang diungkapkan Polisi itu salah atau benar. Kalau kita merasa benar maka kita bisa berargumen, tapi jangan ngotot dan mau benarnya sendiri. Polisi tentu memiliki alasan dan dasar yang kuat ketika ia harus memberhentikan pengguna jalan.

Jika kita sadar kalau kita salah maka konsekuensinya adalah kita harus ditilang. INGAT!!! jangan coba-coba memberi suap kepada Polisi, salah-salah malah kita bisa dipenjara karena itu.

Usahakan minta slip berwarna biru, karena dengan slip ini kita bisa langsung membayar denda tilang ke BRI tanpa harus sidang di Pengadilan karena slip merah berarti kita mau nggak mau harus sidang di Pengadilan dan dengan slip merah itu dapat diartikan kita belum tahu pelanggaran apa yang kita lakukan sehingga harus menghadap pak Hakim di Pengadilan. Meskipun proses sidangnya tidak terlalu lama tetapi lebih cenderung 'ribet'.

Jadi kalau disimpulkan....
  1. Jika ditilang "Tetap Minta Slip Biru"
  2. Kalo dapat Slip biru, "Cek Nominal Denda dan Nama Polisi yang memberi Tilang".Biarpun denda agak gede, yang penting masuk kas negara.
  3. "Tanya bank BRI tempat bayar" (biasanya BRI cabang) dan "Tempat ambil dokumenyang ditahan".
  4. "Jangan Pernah Suap Polisi" karena membuat keluarga polisi makan duit haram dan harta kita jadi ikut haram.
  5. Korupsi negara ini bisa dihapus kalau kita juga berpartisipasi untuk memberantasnya....salah satunya "Tidak Menyuap dan Menerima Suap".

Kalau nggak mau kena tilang ya ikuti peraturan lalu lintas...

Nasib Pedagang Makanan Kaki Lima

Melihat kota yang indah dan tertata dengan rapi dan bersih adalah dambaan setiap penduduk yang tinggal di sebuah kota. Dengan suasana indah dan nyaman maka kita yang tinggal di kota tersebut akan merasa betah.

Suasana kota yang kumuh dan semrawut akan menambah beban hidup penduduk kota. Kumuh dan semrawut biasanya identik dengan kemacetan lalulintas. Kemacetan sering diakibatkan oleh parkir kendaraan yang di sembanrang tempat, juga pedagang-pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya sampai memenuhi badan jalan.

Diantara pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya di badan jalan adalah pedagang makanan. Banyak pedagang makanan ini yang telah lama berjualan akhirnya memiliki pelanggan tetap dari jualannya dan akhirnya banyak warung tenda yang didirikan. Seperti pedagang Bakso, Nasi Goreng dan lainnya yang telah membawa kesan tersendiri bagi pelanggannya sehingga mereka menjadi pelanggan setia di warung-warung tenda tersebut. Pada saat jam makan siang atau malam hari kawasan pedagang warung tenda ini kerap terjadi kemacetan karena banyaknya pembeli dan parkir mobil dari pembeli di warung tenda tersebut.

Dengan timbulnya masalah tersebut maka akhirnya pemerintah mengambil kebijakan dengan menertibkan mereka.

Dengan alasan mengembalikan fungsi jalan raya maka pihak-pihak seperti Polisi Pamong Praja dan Polantas menertibkan mereka. Padahal, mereka sudah lama berjualan di tempat itu dan sudah punya pelanggan yang sering datang menikmati makanan di situ.

Sebetulnya upaya aparat tersebut memang sepatutnya dilakukan, akan tetapi juga seharusnya diberikan satu solusi dengan melokalisir pedagang makanan tersebut di suatu tempat, sehingga pelanggan tidak akan merasa 'kehilangan'.

Selanjutnya di tempat lama mereka berjualan diberikan pengumuman, "SELURUH PEDAGANG TELAH DIPINDAHKAN KE DAERAH...."

Senin, Mei 05, 2008

Selebritis [mendadak] Politis

Politisi yang ada di Indonesia memiliki latar belakang yang beragam. Meskipun banyak dari mereka yang memang terjun ke arena politik sejak awal dengan masuk menjadi anggota aktif di sebuah partai politik.

Beberapa politisi berasal dari TNI, dan ada pula sebagian dari politisi yang berasal dari mereka. Politisi di Indonesia tersebar di berbagai area politis, yakni legislatif maupun birokrat.

Yang menarik adalah sejak gaung reformasi didengungkan, banyak politisi Indonesia yang mengawali kiprahnya sebagai selebritis. satu per satu bermunculan artis dan aktor yang masuk ke panggung politik.

Dikenal nama Sophan Sophiaan yang menjadi anggota DPR-RI mewakili PDI Perjuangan, yang kemudian saat ini banyak bermunculan artis-artis dan aktor yang terjun dalam kancah politik seperti Adjie Masaid, Angelina Sondakh, Dede Yusuf dan lainnya.

Apabila dulu para selebritis hanya 'bermain' di area legislatif, selanjutnya saat ini mereka 'berani' tampil untuk maju di bidang birokratis untuk menjadi Kepala Daerah ataupun Wakilnya di tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Semangat selebritis untuk ikut tampil dalam kancah birokratis semakin bertambah dengan berhasilnya Dede Yusuf yang terpilih sebagai Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat yang mendampingi Achmad Heriawan.
Kemudian muncul nama Saipul Jamil yang berminat maju menjadi wakil Walikota Serang dan Wanda Hamidah untuk maju menjadi wakil Walikota Tangerang.

Entah apa yang melatarbelakangi mereka sehingga mereka semangat sekali dalam mencalonkan dii mereka. Salah satunya mungkin keberhasilan Dede Yusuf yang menjadi satu motivasi tersendiri bagi mereka untuk ikut maju dalam Pilkada.

Hal ini kemudian akan menjadi tambahan ujian bagi rkyat daerah yang memilih, karena mereka akan diberikan pilihan dengan daya tarik 'ketokohan' sang selebritis. Mudah-mudahan masyarakat bisa arif dan bijak dalam menentukan pilihannya untuk tidak sekedar memilih karena melihat sisi selebritis-nya saja. Mereka juga harus melihat kemampuan selebritis tadi secara intelektual, emosi dan kapasitas mereka apabila selebritis nanti terpilih dalam ajang Pilkada.

Sabtu, Mei 03, 2008

Mangan Ora Mangan Kumpul

Pepatah Jawa ada yang mengatakan "Mangan Ora Mangan Kumpul" yang menggambarkan semangat kebersamaan masyarakat Jawa yang menggambarkan bahwa meskipun hidup sederhana apa adanya tapi mereka akan tetap merasa bahagia asalkan tetap berkumpul bersama.


Pepatah Jawa tersebut juga menjadi judul sebuah buku yang dikarang oleh Umar Kayam. Umar Kayam pernah menjabat sebagai Guru Besar Sastra Universitas Gadjah Mada (1978-1997) juga pernah antara lain menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Radio, Televisi, Film Departemen Penerangan (1966-1969) serta Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972).
Ia juga pernah memerankan Presiden Soekarno, pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI.
Umar Kayam wafat pada 16 Maret 2002 setelah menderita patah tulang paha pangkal kiri. Umar Kayam meninggalkan seorang istri dan enam anak.


Buku "Mangan Ora Mangan Kumpul" merupakan buku berseri yang terdiri dari 4 buah buku yang 3 lainnya adalah 'Sugih Tanpa Bandha"; "Madhep Ngalor Sugih Madhep Ngidul Sugih"; dan "Satrio Piningit ing Kampung Pingit".


Ke-4 buku tadi sebenarnya merupakan gambaran hidup sehari-hari Umar Kayam sebagai seorang dosen di UGM yang hidup dalam kesederhanaan sebagai PNS (KORPRI). Tokoh-tokoh yang tampil dalam buku itu antara lain pasangan pembantu rumah tangga Mister Rigen dan Miss Nansiyem yang memiliki 2 orang putra yakni Beni Prakosa yang diharapkan oleh bapak ibunya menjadi Jendral kelak di kemudian hari dan adiknya si Tolo Tolo.

Buku ini menceritakan tentang kehidupan Umar Kayam yang diwakilkan dengan karakter Pak Ageng dalam berkehidupan sehari-harinya mengajar di UGM pulang pergi ke kantor dengan menggunakan mobil dinas butut yang diberinya julukan Garuda Yeksa [kereta kencana Keraton Yogya].

Dalam dialog-dialog keseharian yang sering menampilkan filsafat-filsafat Jawa dan sering pula dilontarkan argumen-argumen dari mister Rigen sebagai wakil dari wong cilik yang kadang membuat panas telinga tapi sebenarnya mengungkap fakta dan realita kejadian yang ada di masyarakat. Ditampilkan pula bagaimana kebiasaan pak Ageng berinteraksi dengan mas Joyoboyo yang merupakan penjual panggang ayam langganan pak Ageng dan keluarga. Pak Joyoboyo ini juga sering melontarkan celetukan-celetukan yang waktu itu sering disebut kekiri-kirian, yang sebenarnya merupakan keluhan rakyat kecil terhadap kondisi kehidupan yang dari hari ke hari semakin berat menghimpit rakyat.

Pak Ageng juga berinteraksi dengan 2 sahabatnya meskipun yang satu masih terhitung saudara jauh yaitu Prof. Prasodjo Legowo yang meskipun menjadi dosen peneliti yang sering berpergian ke luar negeri untuk mengikuti dan mengisi berbagai seminar dalam kehidupan sehari-harinya hidup tetap sederhana dengan memakai kendaraan sepeda motor Honda tahun 70 yang hanya mampu berjalan pelan.
Satu lagi teman pak Ageng yang kehidupannya sangat berlawanan dengan gaya hidup pak Ageng dan Prof. Prasodjo yang bernama Prof. Lemahamba yang memiliki bederet titel kesarjanaan lainnya di depan dan di belakang namanya. Prof. Lemahamba cenderung hidup dalam kemewahan karena memiliki kekayaan di mana-mana dengan proyek-proyek yang bernilai ratusan juta dan selalu berganti-ganti mobil BMW-nya.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan Umar Kayam yang dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta sejak sekitar tahin 1987. Umar kayam juga banyak melahirkan tulisan-tulisan lainnya yang berbobot.

Dari buku ini dapat diambil makna mendalam yang terkandung di dalamnya, karena betapa hidup dalam keselarasan dan keseimbangan adalah penting bagi manusia dan falsafah-falsafah kehidupan yang ada juga dapat dijadikan pedoman dalam menjalani hidup ini.

Hidup akan menjadi lebih indah kalau kita lebih bermakna bagi semua...

Pilkada di Indonesia 2008

Di awal tahun 2008 ada beberapa daerah di Indonesia yang mengadakan Pemilihan Umum untuk memilih pemimpin daerahnya baik di tingkat provinsi maupun tingkat kota/kabupaten.

Gegap gempita pilkada kadang sudah terasa jauh sebelum perhelatan akbar dimulai. Para pasangan kandidat beserta para tim suksesnya telah jauh-jauh hari berupaya menggalang massa memperoleh dukungan untuk menangguk suara pemilih dari rakyat di daerahnya. Hal ini dilakukan bahkan jauh hari sebelum masa kampanye yang sudah dijadwalkan oleh KPU Daerah ditentukan. Sebenarnya hal ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran, akan tetapi sepertinya hal ini menjadi 'kebiasaan buruk' dalam sebuah pesta demokrasi.

Dari beberapa PILKADA yang dilakukan di beberapa daerah nampak jelas bagi kita semua bahwa mereka seolah-olah memang terlihat hanya berupaya berebut kekuasaan dan terkesan mengesampingkan tujuan mulia seorang pemimpin daerah yang bertanggung jawab dan wajib mensejahterakan rakyat di daerah yang dipimpinnya.

Akan tetapi sayangnya banyak rakyat Indonesia yang belum menyadari bahwa mereka hanya dijadikan sebagai alat dalam meraih kekuasaan. Rakyat sering hanya melihat figur, terbuai janji-janji manis 'angin surga' dari para kandidat.

Para kandidat pemimpin daerah banyak yang tidak menyadari bahwa janji-janji yang mereka lontarkan pada masa kampanye adalah 'hutang' mereka terhadap rakyat. Sebagaimana mestinya, jika kita memiliki hutang kita wajib untuk lekas membayarnya. Bahkan hutang akan menjadi tanggungan kita meskipun hayat sudah tak dikandung badan.

Sayang sekali di tahun 2008 ini kita menemui beberapa PILKADA yang prosesnya tidak kunjung selesai bahkan cenderung menimbulkan konflik horisontal yang mengakibatkan perpecahan pada masyarakat yang semestinya semangat persatuan dan kesatuan adalah yang utama dan menjadi nomor satu dalam upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kejadian di Maluku Utara yang sampai saat ini belum juga selesai dan menemukan solusi dalam menetapkan pemimpin daerahnya karena ada 2 kubu yang saling mempertahankan pendapat bahwa merekalah pemenang PILKADA di Maluku Utara. PILKADA di Sulawesi Selatan tahun 2008 juga sempat terkendala meskipun akhirnya dapat diselesaikan dengan turun tangannya Mahkamah Agung dalam menetapkan pasangan yang memenangkan PILKADA Sulawesi Selatan.

Fenomena PILKADA di Indonesia juga menampilkan beberapa daerah yang dengan baik telah menyelesaikan 'hajatan demokrasi' di daerahnya. Seperti contohnya Pilkada di Kabupaten Tangerang dengan Wakil Bupati Selebritis Rano Karno-nya. Provinsi Jawa Barat dengan Wakil Gubernur Selebritis Dede Yusuf-nya, serta Provinsi Sumatera Utara dengan penampilan pasangan fenomenal Gubernur dan Wakil Gubernurnya yang konon Gubernur terpilih adalah mantan penjual kue meskipun sempat menjadi Bupati Kabupaten Langkat.

Beberapa waktu yang akan datang Provinsi Jawa Timur juga akan menyelenggarakan PILKADA-nya untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur. Seperti biasanya, meskipun jadwal kampanye belum ditetapkan tetapi sudah banyak aneka poster, baliho dan lain sebagainya yang menyatakan dukungan kepada salah satu pasangan calon.

Yang menarik pada 'kampanye awal' pasangan-pasangan yang ada banyak menyuarakan janji-janji mereka tentang peningkatan kesehatan, pendidikan, lapangan kerja dan lain sebagainya. Tapi, tidak satupun pasangan calon yang 'berani' memberi janji untuk menuntaskan masalah Lumpur Lapindo karena mungkin mereka sudah 'sadar' kalau kasus ini memiliki muatan yang multidimensional dan sangat sulit dipecahkan.

Daripada banyak berhutang janji, lebih baik tidak berjanji sama sekali.